Galau dalam Kecintaan

“Wahai kekasih hati, tak ada yang kumiliki selain diri-Mu, bagaimanapun, kasihanilah orang-orang berdosa, yang datang pada-Mu. Wahai harapanku, ketenanganku, kebahagiaanku, hati ini hanya dapat mencintai-Mu (rabiah al-adewiah)
“tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula” (QS. Ar-Rahman: 66)


Apa yang harus kulakukan? Perasaanku hancur dalam kegalauan.  Sosok yang dari awal kumengenalnya sangat perhatian dan ramah, kini berubah menjadi sosok yang sama sekali tidak kukenal. Ia perlahan-lahan ingin menghapus kenangan yang dulu kami ciptakan bersama. Hal yang terindah dalam hidupku bersama-sama dengannya. Begitu perhatiannya kepadaku sampai-sampai rela mengorbankan waktu dan tenaganya hanya untuk bertemu denganku. Diri dan waktunya diserahkan padaku sebab ia sangat-sangat mencintaiku, ia tak mengenal lelah hanya untuk mencintaiku. Inilah sebuah cinta sejati yang tulus ia berikan kepadaku.
Namun kini itu hanya sebuah kenangan yang aku rindui, kenangan membuatku terjatuh akan jurang fatamorgana kebahagian, terperosok jatuh dalam jurang ketidakpastian akan sebuah cinta. Sebuah keadaan yang tak sanggup aku bayangkan  apalagi menjalaninya. Ooh Tuhan tolonglah hambamu yang lemah ini, hamba yang senangtiaasa mengharapkan kekuatanmu untuk menjalani hidup ini tanpa dia, hamba yang begitu hina dimata-Mu, hamba yang senangtiasa mengharapkan pengampunan dan ridho-Mu, hamba yang haus akan cinta dari-Mu, hamba yang sadar akan kekuatan yang dimilikinya, laa haula wala kuwata illa billahil aliyul alim, tiada kekuatan yang melebihi kekuatan-Mu. Yaa Allah, ya rahman ya rahim berilah hamba-Mu ini kekuatan untuk menegadah cinta dari-Mu.  Bagaimana mungkin aku dapat mencintai-Mu sedangkan aku mengecewakan Cinta yang diberikan oleh ciptaan-Mu. Ya Allah, aku memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan perbuatan yang mendapatkan cinta-MU. Ya Allah, jadikan kecintaan pada-Mu lebih aku cintai daripada kecintaanku pada diri dan keluarga.
Aku yakin, apa yang aku rasakan sekarang pasti ada hikmahnya, perasaaan yang begitu hancur, perasaan akan gejolak api kekecewaan akan tingkalakunya setelah bertemu sosok dia, kenangan yang selama ini dilalui mulai pudar dan kekecewaan yang ia pendam selama ini dariku kini muncul ke permukaan, bagai tsunami yang menerjang daratan, menghantam semua yang menghalanginya. Namun aku yakin sedahsyat-dahsyatnya tsunami pasti akan surut juga ke lautan lepas atau surut dihisap tanah, tapi memang menyisakan duka bahkan penderitaan yang mendalam bagi yang di hantamnya, begitu juga kekecewaan yang ia pendam kepadaku pasti akan surut juga hanya perlu bersabar menunggu waktu yang menjawabnya.
Namun ada dua kemungkinan yang terjadi pasca surutnya perasaan kecewanya, pertama pastilah perasaan yang dulunya begitu full akan berkurang, bagai suasana daratan yang menyisakan lumpur pasca tsunami pastilah tidak seindah awalnya. Dan yang kedua, perasaannya kemungkinan akan menghilang total kepadaku sebab ia mendapatkan sosok yang nyaman dijadikan sandaran dan tempat berlabuh menikmati indahnya langit biru dilautan lepas jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang penuh akan polusi. Yaa polusi begitulah kira-kira perumpaan aku kepadanya. Aku hanyalah polusi baginya yang dapat membunuhnya perlahan-lahan sebab dari dulu aku telah mengecewakannya. 
Aku yakin sebagaimana musim yang silih berganti, begitupun keadaanku ini akan berganti, tinggal bagaimana aku membuatnya terjadi berdasarkan petunjuk dan bimbingan-Nya. Aku sadar aku telah lalai akan peringatan rasulullah SAW sebagaimana beliau bersabda: “Cintailah kekasihmu dangan sewajarnya, boleh jadi di suatu saat ia menjadi orang yang kau benci dan bencilah orang yang kamu benci dengan sewajarnya, boleh jadi di suatu saat ia menjadi kekasihmu. Dan saya yakin pula bahwa suatu saat aku akan bersamanya sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Seseorang itu bersama orang yang dicintainya (HR. Al Bukhari) dan insya Allah hubungan kami akan mendapatkan ridho-Nya, sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah di mana hari itu tiada naungan kecuali naungannya .... bertemu karena-Nya  dan berpisah karena-Nya (HR. Al Bukhari).
Dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa masih ada setetes cinta yang tersisa dari hempasan tsunami kekecewaannya itu dan sebahagia-bahagianya ia dengannya pasti masih ada rasa rindu akan kenangan yang dulu kami lalui bersama, maka cukuplah Allah sebagai penolongku. Atas sifat yang maha Ar-rahman dan Ar-rahim-Nya akan dilimpahkan cinta yang sebesar-besarnya sebagaimana sabda rasulullah SAW: “ Apabilah Allah mengasihi seseorang hamba, niscaya Dia memanggil Jibril dan berfirman; sesungguhnya Aku (Allah) mengasihi orang tersebut, maka kasihilah dia. Lalu Jibril mengasihinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah mengasihi orang tersebut, jadi kamu semua mestilah mengasihinya, lantas semua ahli langit mengasihinya. Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi.’ (HR. Al-Bukhari)  dan sebagaimana sabda Beliau lagi dalam hadits Qudsi “Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan yang disunatkan, sehingga Aku mencintainya. Apabilah Aku mencintainya, jadilah Aku pendengaran yang ia mendengar dengannya. Jadilah Aku penglihatan yang ia melihat dengannya. Jadilah Aku tangannya yang ia memukul dengannya. Jadilah Aku kaki yang ia berjalan dengannya. Apabila ia meminta maka Aku beri dan apabila ia meminta izin maka Aku beri izin.” (HR. Al-Bukhari). Namun pertanyaannya kemudian bagaimana mendapatkan cinta Allah dengan mengamalankan amalan-amalan yang disunnahkan?. Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau “Ungkapan yang paling dicintai oleh Allah ada empat yaitu, Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhmadulillah (segala puji bagi Allah), la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah dan Allahu Akbar (Allah Maha Besar).” (HR. Al-Bukhari).  Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah bertemukanlah kami dalam ikatan suci pernikahan yang Kamu ridhoi sebagaimana dalam firman-Mu, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Nur: 32). Amin Yaa Rabbal Alamin.***