“Wahai kekasih hati, tak ada yang kumiliki
selain diri-Mu, bagaimanapun, kasihanilah orang-orang berdosa, yang datang
pada-Mu. Wahai harapanku, ketenanganku, kebahagiaanku, hati ini hanya dapat
mencintai-Mu (rabiah al-adewiah)
Apa yang harus kulakukan? Perasaanku hancur
dalam kegalauan. Sosok yang dari awal
kumengenalnya sangat perhatian dan ramah, kini berubah menjadi sosok yang sama
sekali tidak kukenal. Ia perlahan-lahan ingin menghapus kenangan yang dulu kami
ciptakan bersama. Hal yang terindah dalam hidupku bersama-sama dengannya.
Begitu perhatiannya kepadaku sampai-sampai rela mengorbankan waktu dan
tenaganya hanya untuk bertemu denganku. Diri dan waktunya diserahkan padaku
sebab ia sangat-sangat mencintaiku, ia tak mengenal lelah hanya untuk
mencintaiku. Inilah sebuah cinta sejati yang tulus ia berikan kepadaku.
Namun kini itu hanya sebuah kenangan yang aku
rindui, kenangan membuatku terjatuh akan jurang fatamorgana kebahagian,
terperosok jatuh dalam jurang ketidakpastian akan sebuah cinta. Sebuah keadaan
yang tak sanggup aku bayangkan apalagi
menjalaninya. Ooh Tuhan tolonglah hambamu yang lemah ini, hamba yang
senangtiaasa mengharapkan kekuatanmu untuk menjalani hidup ini tanpa dia, hamba
yang begitu hina dimata-Mu, hamba yang senangtiasa mengharapkan pengampunan dan
ridho-Mu, hamba yang haus akan cinta dari-Mu, hamba yang sadar akan kekuatan
yang dimilikinya, laa haula wala kuwata illa billahil aliyul alim, tiada
kekuatan yang melebihi kekuatan-Mu. Yaa Allah, ya rahman ya rahim berilah hamba-Mu
ini kekuatan untuk menegadah cinta dari-Mu. Bagaimana mungkin aku dapat mencintai-Mu
sedangkan aku mengecewakan Cinta yang diberikan oleh ciptaan-Mu. Ya Allah, aku
memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan perbuatan yang
mendapatkan cinta-MU. Ya Allah, jadikan kecintaan pada-Mu lebih aku cintai
daripada kecintaanku pada diri dan keluarga.
Aku yakin, apa yang aku rasakan sekarang pasti
ada hikmahnya, perasaaan yang begitu hancur, perasaan akan gejolak api
kekecewaan akan tingkalakunya setelah bertemu sosok dia, kenangan yang selama
ini dilalui mulai pudar dan kekecewaan yang ia pendam selama ini dariku kini
muncul ke permukaan, bagai tsunami yang menerjang daratan, menghantam semua
yang menghalanginya. Namun aku yakin sedahsyat-dahsyatnya tsunami pasti akan
surut juga ke lautan lepas atau surut dihisap tanah, tapi memang menyisakan
duka bahkan penderitaan yang mendalam bagi yang di hantamnya, begitu juga kekecewaan
yang ia pendam kepadaku pasti akan surut juga hanya perlu bersabar menunggu
waktu yang menjawabnya.
Namun ada dua kemungkinan yang terjadi pasca
surutnya perasaan kecewanya, pertama pastilah perasaan yang dulunya begitu full
akan berkurang, bagai suasana daratan yang menyisakan lumpur pasca tsunami
pastilah tidak seindah awalnya. Dan yang kedua, perasaannya kemungkinan akan
menghilang total kepadaku sebab ia mendapatkan sosok yang nyaman dijadikan
sandaran dan tempat berlabuh menikmati indahnya langit biru dilautan lepas jauh
dari hiruk pikuk perkotaan yang penuh akan polusi. Yaa polusi begitulah
kira-kira perumpaan aku kepadanya. Aku hanyalah polusi baginya yang dapat
membunuhnya perlahan-lahan sebab dari dulu aku telah mengecewakannya.
Aku yakin sebagaimana musim yang silih
berganti, begitupun keadaanku ini akan berganti, tinggal bagaimana aku
membuatnya terjadi berdasarkan petunjuk dan bimbingan-Nya. Aku sadar aku telah
lalai akan peringatan rasulullah SAW sebagaimana beliau bersabda: “Cintailah
kekasihmu dangan sewajarnya, boleh jadi di suatu saat ia menjadi orang yang kau
benci dan bencilah orang yang kamu benci dengan sewajarnya, boleh jadi di suatu
saat ia menjadi kekasihmu. Dan saya yakin pula bahwa suatu saat aku akan
bersamanya sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Seseorang itu bersama orang yang
dicintainya (HR. Al Bukhari) dan insya Allah hubungan kami akan mendapatkan
ridho-Nya, sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Tujuh golongan yang mendapat
naungan Allah di mana hari itu tiada naungan kecuali naungannya .... bertemu
karena-Nya dan berpisah karena-Nya (HR.
Al Bukhari).
Dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa masih ada
setetes cinta yang tersisa dari hempasan tsunami kekecewaannya itu dan
sebahagia-bahagianya ia dengannya pasti masih ada rasa rindu akan kenangan yang
dulu kami lalui bersama, maka cukuplah Allah sebagai penolongku. Atas sifat
yang maha Ar-rahman dan Ar-rahim-Nya akan dilimpahkan cinta yang
sebesar-besarnya sebagaimana sabda rasulullah SAW: “ Apabilah Allah mengasihi
seseorang hamba, niscaya Dia memanggil Jibril dan berfirman; sesungguhnya Aku
(Allah) mengasihi orang tersebut, maka kasihilah dia. Lalu Jibril mengasihinya.
Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah mengasihi orang
tersebut, jadi kamu semua mestilah mengasihinya, lantas semua ahli langit
mengasihinya. Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada
di muka bumi.’ (HR. Al-Bukhari) dan
sebagaimana sabda Beliau lagi dalam hadits Qudsi “Senantiasa hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan yang disunatkan, sehingga Aku
mencintainya. Apabilah Aku mencintainya, jadilah Aku pendengaran yang ia
mendengar dengannya. Jadilah Aku penglihatan yang ia melihat dengannya. Jadilah
Aku tangannya yang ia memukul dengannya. Jadilah Aku kaki yang ia berjalan
dengannya. Apabila ia meminta maka Aku beri dan apabila ia meminta izin maka
Aku beri izin.” (HR. Al-Bukhari). Namun pertanyaannya kemudian bagaimana
mendapatkan cinta Allah dengan mengamalankan amalan-amalan yang disunnahkan?.
Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau “Ungkapan yang paling dicintai
oleh Allah ada empat yaitu, Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhmadulillah
(segala puji bagi Allah), la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah dan
Allahu Akbar (Allah Maha Besar).” (HR. Al-Bukhari). Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah
bertemukanlah kami dalam ikatan suci pernikahan yang Kamu ridhoi sebagaimana
dalam firman-Mu, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui (QS. Al-Nur: 32). Amin Yaa Rabbal Alamin.***
